Selasa, 04 Agustus 2015

Demi Sebuah Passport



Motto sesat yang mengatakan "Selagi masih bisa dipersulit, kenapa musti dipermudah?" ternyata sangat menguji kesabaran, ini gua alami ketika gua melakukan proses pembuatan paspor dan ini ceritanya....

Senin, 27 Juli 2015
Jam enam pagi, saat udara masih terasa sangat dingin membekukan persendian gua sudah bertolak dari Lubuk Basung menuju Bukittinggi. Hari ini gua mau membuat paspor sebagai persiapan jikalau gua mendapatkan line kapal keluar negeri nanti. Off course, semua berkas kelengkapan sudah gua persiapkan sedari malam....
Selang dua jam kemudian, gua tiba di Kantor Keimigrasian Kelas II Kota Bukittingi di Koto Hilalang. Suasana pagi yang cerah dengan latar belakang gunung Marapi agak meringankan pegal dipunggung. Setelah memarkirkan motor gua lantas menghampiri seorang petugas satpam, menanyakan dimana loket untuk pembuatan paspor baru. Namun jawaban yang gua terima sangat pahit dipagi yang indah ini. Dalam sehari kantor keimigrasian hanya melayani 40 orang dan nomor antrian sudah habis sejak jam enam pagi. Lemas rasanya mendengarkan penjelasan dari satpam tersebut.
Tidak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya, gua berkeinginan untuk menginap saja di Bukittinggi agar besoknya gua bisa kebagian nomor antrian. Namun setelah gua pikir-pikir, daripada keluar uang hanya untuk satu malam lebih baik gua bermalam saja di rumah bako gua di Simarasok yang juga gag terlalu jauh dari kantor ini. Which is bisa untuk menghemat pengeluaran gua lah, hahaha.....

Selasa, 28 Juli 2015
Selepas sholat Shubuh, sekitar jam setengah enam pagi gua langsung tancap gas dari Simarasok ke Koto Hilalang. Pokoknya hari ini gua harus dapat nomor antrian. Suasana memang masih pagi buta, namun parkiran sudah penuh dengan motor dan mobil orang-orang yang memiliki urusan di kantor keiimigrasian. Awalnya gua dengan pede berpikir kalau gua bakal dapat nomor antrian top 10, eh tahu-tahu saat satpam membirakan berkas dan nomor antrian gua malah kebagian nomor 27. Shittt....
Disini nih mulai proses yang gua rasa agak membuat kesal. Saat nomor antrian gua dipanggil, gua keluarkan semua syarat-syarat pembuatan paspor baru mulai dari FC KTP, FC KK, dan FC Akta Kelahiran plus berkas-berkas aslinya. Dicek satu persatu sama petugasnya. KTP aman, Akta juga aman, cuman bermasalah di KK. Ada bekas tinta perbaikan di KK gua dan pihak keimigrasian menolak surat KK tersebut. Gua diharuskan mengurus/memperbaiki KK tersebut di Kantor Dinas Catatan Sipil. Gua sempat berargument hebat dengan petugas tersebut, karna menurut gua ini tidak masalah sama sekali, toh semua datanya sama dan tidak ada yang mencurigakan. Hanya kertas KK yang sedikit cacat, namun petugasnya tetap bersikukuh tidak mau memproses berkas-berkas gua.

Terpaksa, gua balik lagi ke Catatan Sipil untuk memperbaharui KK, dan ini juga tidak gampang. Antrian sudah sampe 300 lebih saat gua tiba di kantor Catatan Sipil. Ondeeehhhh....kepala gua rasanya berdenyut-denyut mau meledak. Dengan penuh kesabaran, ini itunya surat KK gua yang baru sudah keluar, namun pukul telah menunjukkan lima sore which mean jam kantor sudah tutup. Sial, terpaksa gua menginap satu hari lagi di Simarasok.

Rabu, 29 Juli 2015
Hari ketiga, dengan perasaan malas yang sangat buesar gua balik lagi ke kantor keimigrasian. Berkas gua lulus pemerikasaan. Fuihhh....lega rasanya. Sekarang tinggal menunggu panggilan ke ruang foto dan wawancara. Ini prosesnya juga lama dan gua rasa pantat gua jadi menipis beberapa milimeter akibat kelamaan duduk -__-

Senin, 3 Agustus 2015
*sujud syukur* akhirnya si buku ijo kecil ini bisa juga gua peroleh....
Tiket ke luar negeri sudah digenggaman tangan
Bukit Tinggi, Sumatera Barat


***

0 komentar:

Posting Komentar