Kamis, 01 Oktober 2015

Bersuara Dalam Diam



Ada kesulitan dalam menyampaikan apa yang gua rasakan pada sekitar, bukannya tidak mempercayai atau tidak merasa nyaman namun gua gag bisa mengeluarkan kata-kata yang bisa dimengerti oleh mereka. Bukan kode yang gua utarakan, hanya saja apa yang gua pikirkan `tak sepenuhnya bisa dikeluarkan dengan baik oleh lisan.

Ketika kesulitan itu semakin menjadi-jadi, diam akan menjadi sandaran diri. Tetap hidup hari demi hari berkawankan diam. Meletakkan segala rasa dan rahasia dalam sanubari, menunggu saat yang tepat untuk muncul ke permukaan realiti.

Diam itu menenangkan, seperti obat penawar melemahkan denyut hiruk pikuk sekitar yang memekakkan. Diam menolong saat gua hendak melupakan sesuatu, hingga tersadar ada sesuatu yang jauh dalam diri yang menunggu untuk dijabarkan.

Tanpa sadar, diam menjelma menjadi jurang dalam yang memisahkan. Jurang yang tetap membuat gua merasa aman. Seiring bergulirnya waktu, jurang itu semakin melebar membuat jarak semakin kentara hingga gua gag bisa lagi untuk melewatinya. Terisolasi dari kemungkinan adanya seseorang yang bisa membawa gua pergi dari jurang ini. Seseorang yang mungkin saja bisa membuat gua bercerita, bercengkrama, membantu gua merangkai kata yang bisa dipahami. Seseorang yang mengerti akan arti dari berusaha memahami.

Meskipun sejatinya diam itu adalah ucapan. Ucapan yang hanya bisa dimengerti dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berharga pula. Bagaimanapun, diam adalah sifat yang selalu memiliki artian berbeda untuk setiap manusia. Namun semua akan berujung pada kata-kata yang tepat, waktu yang tepat, dan orang yang tepat. Menikmati dalam diam, menikmati sebuah proses perjalanan sebagai manusia yang menyukai malam temaram.

Rawamangun, Jakarta Timur


***

Jumat, 25 September 2015

Taman Cattleya, "Hidden Park" at Jakarta



Meski hari ini adalah Hara Raya Idul Adha dan posisi gua yang sedang di tanah rantau jauh dari kampung halaman, gua gag pengen bermuram durja saja di rumah. Gua harus menghibur diri karna jauh dari keluarga saat moment penting itu gag enak banget bro, kalau lo perantauan pasti lo tahu rasanya gimana. Setelah sholat Jum'at, gua coba-coba browsing nanya ke om gugel tempat-tempat antimainstream yang ada di Jakarta yang bisa buat gua nyaman selain jalan ke mall karna aktifitas di mall itu membosankan. Masih enakan kalau bisa puas belanja, nah gua yang dompet tipis setipis kulit bawang bisa apa? Cuci mata? Perih coyy cuci terus...hahahaha....

Awalnya gua terfokus ke Perpustakaan. Sudah lama juga gua gag ke perpustakaan, terakhir zaman kuliah dulu nyari bahan presentasi. Pindah dari satu situs ke situs yang lainnya, gua malah capek sendiri membaca info-info perpustakaan yang ada di Jakarta. Bukan apa-apa, tapi berhubung hari Jum'at yang notabene jam kerja karyawan yang pendek membuat gua agak merasa malas untuk pergi.

Berubah haluan dari perpustakaan, gua ubah kata kunci di kolom pencarian om gugle menjadi taman. Pergi ke taman disaat begini rasanya menyenangkan dan pas buat menghilangkan rasa bosan. Jakarta punya sekitar 88 taman kota dan sialnya gag ada satupun tempat yang gua kenal. Shittt....gua buta akan Jakarta tapi gua tetap mau jalan keluar hari ini. Gag patah semangat, gua tetap cari alamat taman kota terdekat dari rumah dan pilihan gua jatuh ke Taman Kota Tomang atau yang lebih kece dipanggil Taman Cattleya. Lokasi yang dekat dengan Mall Taman Anggrek atau tepat disamping Gerbang Tol Tomang membuat gua pede untuk pergi ke taman ini karna gua kenal daerahnya.

Perjalanan gua di mulai dari Halte Slipi Petamburan, kemudian turun di Halte S. Parman Podomoro City. Berjalan melawan arah sekitar 30 meter akhirnya gua tiba di taman yang namanya diambil dari salah satu nama bunga anggrek berkelopak enam dengan warna ungunya yang cerah.
taman Cattleya
Taman dengan luas sekitar 3 Hektar ini bagai oase di tengah padang pasir. Berada ditengah-tengah jalan layang yang melintang dan gedung-gedung tinggi sungguh membuat taman ini begitu vital (untuk gua pribadi). Semilir angin, anak-anak yang banyak bermain di taman dan beberapa bapak-bapak yang serius memancing menjadi paket komplit ketika tiba di taman ini. Nyaman deh pokoknya, apalagi untuk manusia intro seperti gua, taman ini seperti surga diantara neraka macet dan panasnya Jakarta, hahahaha....

Gapura taman Cattleya
Taman ini juga punya jogging track yang lumayan panjang dan sampai ke bagian taman paling belakang. Pas banget buat jogging pagi dan taman ini pasti gua masukin dalam list jogging track gua.

Crew TransTV yang sedang shooting
Pas gua kesini, ternyata lagi ada sesi pemotretan oleh kru-kru TransTV. Beuhh....model ceweknya bikin mupeng. Produk import soalnya bro, hahahaa....

Langsung tulis di tempat
Pergi ke pojok paling belakang taman dibawah pohon rindang, gua langsung nyender dan menulis artikel ini. Rasa nyaman membuat gua begitu lancar menggerakan jari-jari ini menuliskan setiap kata. So, lo udah kesini? Belum? Ayo...jangan ke mall terus!

Taman Cattleya, Jakarta Barat


***





Sabtu, 19 September 2015

Selamat Datang 21



Kayaknya kiamat memang sudah dekat deh, perasaan baru kemarin umur gua 20 tapi sekarang sudah naik satu peringkat menjadi 21. Satu tahun terasa berlalu begitu cepat, sudah 21 tahun kuota hidup yang gua pakai, sudah jutaan oxygen dibumi yang gua habisin selama 21 tahun ini (untung oxygennya gratis, kalau bayar bisa bangkrut gua), entah tinggal berapa sisa paket hidup gua yang masih tersisa. Only God knows.

Ngomongin tentang ulang tahun, well sebenernya gua tahu dan paham kalau dalam Islam itu tidak ada yang namanya perayaan atau peringatan tentang ulang tahun. Tapi, gua menulis ini bukan bagian dari perayaan ulang tahun gua, hanya saja gua menulis artikel ini sebagai pengingat gua bahwa jatah hidup gua sangat nyata sudah berkurang.

Ulang tahun itu identik dengan perayaan, kue, dan manusia-manusia para tamu undangan baik itu keluarga, teman, sahabat, gebetan, pacar, mantan, atau yang lebih extremnya lagi mungkin selingkuhan. Tapi, itu semua tidak berlaku buat gua. Sejauh yang gua ingat, gua hanya pernah sekali merayakan ulang tahun. Yup, sekali doang mamen! Waktu itu gua ingat betul, gua baru pulang sekolah. Masih berseragam putih merah, gua dapat surprise dari Mama gua tercinta. Baru saja gua melangkahkan masuk ke dalam rumah, Mama nongol dari dapur dengan dua tangan memegang sebuah kue bulat berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga warna warni diatasnya. Waktu itu, kita berdua makan kue dengan sangat santai dan bahagia. Moment dimana ulang tahun gua yang 10 hanya ada gua dan Mama. Oh God, I really fucking miss that moment!

Itu perayaan pertama dan sampai saat ini belum pernah ada perayaan seperti itu lagi. Sedih kah gua? Irikah gua dengan teman-teman yang selalu merayakan ulang tahun mereka setiap tahunnya? Well, jawaban gua adalah tidak! Mungkin karna sudah biasa tidak dirayakan gua malah jadi terbiasa, malah aneh rasanya menerima ucapan bejibun selamat ulang tahun dari orang-orang, it's annoying.

Tapi gua selalu merasa kalau hari lahir gua adalah hari baik, oleh sebab itu ucapan terima kasih di hari baik akan menjadi hal baik pula buat gua. First of all, gua pengen berterima kasih buat creator terbaik yang pernah ada, Allah yang udah dengan baiknya ngasih udara, anggota tubuh, dan seluruhnya secara free buat gua. Gag kebayang deh, seandainya Allah minta charge atas apa yang udah Dia kasih, sampe kiamat pun gag akan bisa gua lunasi.

Second, sebenernya gua mau bilang makasih buat Mama dan Papa karna merekalah gua ada, terima kasih telah menjadikan gua seorang Muslim, melahirkan gua dengan darah keturunan asli Minangkabau, I'm so proud of it, tapi lebih berterima kasih lagi kepada Allah lagi karna telah mempertemukan mereka berdua puluhan tahun lalu, sampai akhirnya mereka memiliki anak laki-laki yang rada-rada kaya` gua hahahaha. Semoga, mereka gag shock punya anak macam gua. I Love amak den, I Love apak den!

Thrid, terima kasih buat kakak-kakak gua, abang-abang gua, dan adik-adik gua yang udah rela berbagi kasih dengan Mama dan Papa, yang udah rela gua repotin, yang udah rela gua bikin cemas dan susah. Pokoknya kalian semua itu peeeetttttjjjjjaaahhh banget deh!

Fourth, gag lupa terima kasih gua buat Bapak & Ibu guru gua dari TK sampai SMA yang udah ngajarin manusia bego yang satu ini jadi aga` sedikit lebih pintar hahahaha, yang udah marah-marah akibat sifat bandel gua, yang udah hampir heart attack akibat hasil jawaban ulangan matematika gua  yang selalu berupa makanan ondel-ondel alis nol besar. O iya, meski kuliah berhenti ditengah jalan, buat dosen-dosen gua di ******** dulu makasih juga udah mau ngajarin mahasiswa badung yang satu ini. Kalian semua, asli pahlawan tanpa tanda jasa!

Crap, udah kaya` pidato aja ya gua barusan, puanjang banget! Biarin!! Ini hari ulang tahun gua, gua bebas mau ngapain hahahaha

Jujur, bukan hanya terima kasih yang mau gua utarakan tetapi juga permintaan maaf. Ucapan maaf untuk semua manusia-manusia yang pernah ada disekitar gua, yang mengenal gua, yang pernah gua sakitin, gua mohon maaf banget. Terkadang apa yang gua lakukan itu, bukan kemauan gua tapi keadaan yang memaksa. Sifat childish gua kadang atau bahkan sering membuat kalian jengkel, gua mohon maaf. Menjadi dewasa itu gag gampang kayak ngelepas kolor. Susah! Jam terbang gua sebagai manusia baik masih sedikit, jadi harap dimaklumi kalau gua agak bejat-bejat gimana gitu.

Hmmm...apalagi ya? Ucapan terima kasih sudah, permintaan maaf juga sudah. Eittsss, hampir lupa. Harapan dan doa. Gua cuman berharap apa yang gua targetkan untuk sepuluh tahun ke depan bisa terlaksana dengan sukses. Bisa ini bisa itu, dapat ini dapat itu. Buanyak deh. Berkahi Yaa Rabb! Sebagai penutup, SELAMAT MENUA, AKHSAN!



Grogol Petamburan, DKI Jakarta


***

Sabtu, 05 September 2015

Hallo, September!



Hello September, kita bertemu kembali menyambut kedatangan lo dengan sebuah harapan. September selalu punya daya tarik tersendiri buat gua, seperti memiliki rasa magis yang hanya ada pada bulan ini. Tentang rasa yang tak akan habis untuk dibicarakan, aroma cinta dan helaan nafas yang masih tetap menjadi favorit.

Masih dengan mulut yang terus menguyah stick cheese snack, gua merangkai menyambungkan huruf demi huruf menjadi kata yang bersuara dengan berlatarkan sebuah simfoni lagu. Lagu yang menjadi simbol kita, lagu kita. Waktu itu, tepian embung bersiramkan cahaya jingga matahari memeluk di saat terakhir kita. Tepi yang tahu betapa kehilangan mengajarkan untuk mengikhlaskan.

Selamat datang September, bulan dimana gua menghirup dunia untuk pertama kalinya. Banyak harapan baik gua semoga terjadi di bulan ini. Akan gua tunggu dengan penuh harap, berharap cinta datang dalam cara yang sederhana namun istimewa. Namun yang pasti, doa, sayang dan rasa rindu yang terlanjur menggunung akan selalu untuk diri lo. Sebuah cara mencintai manusia kelahiran September, 'cause you're the best ever.

Rawamangun, Jakarta Timur


***

Jumat, 14 Agustus 2015

Siapkah Untuk Jatuh Cinta Lagi?



Dalam setiap langkahan kaki dan tarikan nafas, kita berada pada kontur bumi yang berbeda. Jarak antara Suwarnadwipa dan Javadwipa memainkan peran memisahkan pelukan. Kita tidak pernah bertatapan, berbicara lagi.

Naskah hidup mengeluarkan ajiannya, mengendalikan hidup dan perasaan. Kita dipindahkan dan disingkarkan dalam permainan kehidupan. Layaknya bidak catur yang rapuh, kita bertemu. Sama-sama lelah setelah mengalahkan hitam putih kehidupan. Lo datang, gua menyambut. Lo pergi, gua bertekuk lutut.

Namun senyap lenyap saat kita angkat bicara. Hening sangat membenci kita. Sepi telah ambruk tak berbentuk, hancur remuk. Gua hadirkan canda, lo suguhkan tawa. Bersama, kita santap nikmat impian kita.

Saat lo merasa sepi. Tidak perlu berteriak karna itu akan membiarkan sepi menang. Rebahkanlah raga pada diri gua, biar gua menjadi alas kehangatan. Pikirkan gua dan semuanya akan baik-baik sahaja.

Jadi, siapakah kita untuk jatuh cinta lagi!?

Rawamangun, Jakarta Timur


***