Dalam setiap langkahan kaki dan tarikan nafas, kita berada pada kontur bumi yang berbeda. Jarak antara Suwarnadwipa dan Javadwipa memainkan peran memisahkan pelukan. Kita tidak pernah bertatapan, berbicara lagi.
Naskah hidup mengeluarkan ajiannya, mengendalikan hidup dan perasaan. Kita dipindahkan dan disingkarkan dalam permainan kehidupan. Layaknya bidak catur yang rapuh, kita bertemu. Sama-sama lelah setelah mengalahkan hitam putih kehidupan. Lo datang, gua menyambut. Lo pergi, gua bertekuk lutut.
Namun senyap lenyap saat kita angkat bicara. Hening sangat membenci kita. Sepi telah ambruk tak berbentuk, hancur remuk. Gua hadirkan canda, lo suguhkan tawa. Bersama, kita santap nikmat impian kita.
Saat lo merasa sepi. Tidak perlu berteriak karna itu akan membiarkan sepi menang. Rebahkanlah raga pada diri gua, biar gua menjadi alas kehangatan. Pikirkan gua dan semuanya akan baik-baik sahaja.
Jadi, siapakah kita untuk jatuh cinta lagi!?
Rawamangun, Jakarta Timur
***
Pada akhirnya sebuah ucapan "kita jalani saja" menjadi kalimat yang paling jelas ditelinga
BalasHapus